BANDENGAN, merupakan satu wilayah kelurahan di Kabupaten Kendal. Kelurahan Bandengan terletak di sebelah utara aloon-aloon Kendal, merupakan wilayah pantai Kendal yang dikelilingi oleh lingkungan pertambakan ikan dan masyarakatnya hidup dari hasil budidaya ikan atau sebagai nelayan yang mencari penghidupannya di laut. Oleh karena itu kehidupan masyarakat Bandengan adalah masyarakat nelayan yang terkenal dengan tipe dan watak yang keras. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena tantangan kehidupan yang keras sebagai masyarakat pantai. Bagi yang pekerja keras akan mendapatkan hasil dari laut yang lumayan baik, sedangkan bagi masyarakat pemalas hasil yang didapat akan kurang baik, karena di dalam mencari nafkah dibutuhkan ketangguhan baik secara fisik maupun mental. Masyarakat Bandengan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, sesuai pekerjaan maupun strata di dalam masyarakatnya. Kelompok pertama yaitu kelompok Santri atau Kyai yaitu kelompok masyarakat dari golongan agamis atau orang-orang yang mumpuni di dalam bidang ilmu-ilmu agama yang diakui oleh masyarakat setempat. Kelompok kedua yaitu kelompok Pegawai, yang meliputi para pegawai negeri maupun pegawai atau karyawan yang bukan negeri. Kelompok ketiga adalah kelompok yang disebut sebagai Juragan. Yang termasuk kelompok juragan meliputi orang-orang kaya yang memiliki perahu atau kapal kecil yang biasanya disewakan kepada masyarakat nelayan yang akan pergi ke laut atau MENYANG. Orang-orang yang mempunyai tambak yang luas juga termasuk dalam kelompok juragan. Kelompok keempat adalah kelompok para Nelayan yaitu kelompok yang meliputi para nelayan di laut atau orang-orang yang dalam mencari nafkahnya mencari ikan, baik di laut, sungai maupun buruh-buruh tambak. Itulah sekilas kehidupan dan pengelompokan dalam masyarakat Bandengan yang secara umum terkenal dengan kaum nelayan atau orang laut.
LUKISAN ini menggambarkan tentang suasana kehidupan pantai Bandengan pada sore hari. Kehidupan sore hari dengan berbagai kesibukannya sebagai kalangan nelayan. Latar belakang karya ini memperlihatkan suasana senja dengan dominasi warna kuning, jingga, putih dan warna merah keunguan. Warna-warna tersebut untuk lebih mengesankan suasana di mana matahari mulai tenggelam dalam peredarannya untuk memasuki suasana malam hari. Sebagian juga digambarkan satu daratan yang sudah mulai kurang jelas detailnya atau sudah mulai gelap dengan menampilkan warna hitam kebiruan dengan bayangan daratan pada air atau pantai dengan dominasi warna-warna gelap tersebut. Dominasi lukisan ini terletak pada sosok nelayan yang sedang memasang peralatan yang digunakan untuk mencari ikan yang sedang ditarik yang kemudian akan dipasangkan kembali ke dalam air yang ada di pantai tersebut. Di situlah kita dapat menikmati indahnya panorama senja hari di pantai Bandengan dengan berbagai kesibukannya sebagai masyarakat pantai atau nelayan. Benar-benar suasana yang menghanyutkan insting tentang keindahan alam pantai yang menyimpan berbagai aneka kehidupan dengan berbagai seluk beluk tantangannya.
LUKISAN ini dibuat dengan menggunakan media crayon yang ditorehkan pada kertas manila berukuran A3. Pencipta karya ini memang sengaja menggunakan coretan yang spontan dan terlihat lebih kasar, untuk lebih menampilkan kesan energik dan ekspresif pada bentuk alam pantai tersebut. Kreasi ini disengaja untuk memperlihatkan kreatifitas teknik dan bentuknya, yang biasanya penampilan lukisan pemandangan alam yang lebih cenderung monoton dari segi teknik maupun pewarnaannya. Untuk menghilangkan kesan karya landscape yang mimikris. Mimikris artinya hanya sekedar menjiplak alam seperti apa adanya tanpa memberikan tambahan unsur-unsur lain yang lebih inofatif dan menarik. Terlepas dari permasalahan secara teknis, pencipta memang ingin menyampaikan pesan tentang keindahan pantai dengan segala seluk beluknya yang sampai saat ini masih sebagai sesuatu yang dianggap sebelah mata saja. Sehingga perhatian masyarakat dan mungkin yang duduk di pemerintahan kurang memperhitungkan akan aspek-aspek yang seharusnya disentuh dan dikembangkan keberadaannya. Padahal pantai dengan segala tetekbengeknya merupakan anugerah dari yang Kuasa untuk dinikmati, dijaga, dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan porsinya supaya tidak terjadi adanya ketimpangan ekosistem yang berakibat lebih fatal lagi. Semoga kesadaran untuk menjaga alam kita dapat mulai tumbuh pada setiap individu yang dimulai dari kita sendiri dan direalisasikan mulai saat i9ni juga, yah...........mumpung belum terlambat jauh.
No comments:
Post a Comment