DEWI BANOWATI
Dalam Mahabharata, Banowati adalah nama tokoh tambahan, puteri Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati alias Setyawati, puteri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia mempunyai empat saudara kandung, masing-masing bernama:
- Dewi Erawati
- Dewi Surtikanti
- Arya Burisrawa
- Bambang Rukmarata.
Dewi Banowati menikah dengan Prabu Suyudana alias Duryodana, raja negara Astina, putera Prabu Dretarasta dengan Dewi Gandari. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Raden Lesmana Mandrakumara dan Dewi Lesmanawati. Sebelum menikah dengan Prabu Suyudana, Dewi Banowati jatuh cinta dengan Arjuna.
Dewi Banowati berwatak jujur, penuh belas kasih, jatmika (penuh dengan sopan santun), tetapi agak sedikit genit. Akhir riwayatnya diceritakan, ia mati dibunuh oleh Aswatama, putera Resi Drona. Hal ini terjadi setelah berakhirnya perang Bharatayuddha, yaitu saat menunggu pindahan keluarga Pandawa dari Negara Amarta ke negara Astina. (Artikel ini diambil dari http://wapedia.mobi/id/Banowati).
Dewi Banowati adalah putri dari Prabu Salya, raja di Mandraka. Banowati adalah seorang putri yang sangat cantik, bukan karena berhiaskan mutu manikam melainkan karena kecantikan yang sebenar-benarnya. Tingkah laku putri ini serba halus dan pantas.
Pada mulanya Banowati jatuh cinta pada Arjuna, namun akhirnya ia menikah dengan Prabu Duryudana dan menjadi permaisuri di Hastinapura. Tetapi hatinya masih berat kepada Arjuna.
Percintaan Banowati pada Arjuna akhirnya terlaksana setelah perang Baratayudha berakhir dan Duryudana tewas. Tetapi kelakukan Banowati tersebut menyebabkan kemarahan Aswatama. Banowati kemudian dibunuh oleh Aswatama ketika sedang tidur lelap. Inilah pembalasan dendam Aswatama lantaran Banowati dianggap sering merendahkan Prabu Duryudana dan mempermainkan keutamaan seorang raja.
BENTUK WAYANG
Banowati bermata jaitan, hidung mancung agak mendongak. Tetapi dalam tingkah lakunya, mata itu membelalak dengan kerlingan tajam (Jawa; njambal goreng), dan bila pandangannya mengenai orang terasa pedas menusuk hati. Banowati berjamang dengan garuda membelakang, bersunting waderan panyang, bersanggul gede, jatuh di atas bahu. Berkalung ulur-ulur. Banowati berwanda: Golek, karangan Sri Sultan Agung, dan Berok.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo. (Artikel ini diambil dari http://wayangku.wordpress.com/2008/12/25/dewi-banowati/).
No comments:
Post a Comment