Best Graffiti
Graffiti Art
Luxury Graffiti

Friday, April 30, 2010

Best Graffiti 3D Art Design

Best Graffiti 3D Art Design | Cool Art Graffiti

3d graffiti art, graffiti art, 3d graffiti
3d graffiti art, graffiti art, 3d graffiti
3d graffiti art, graffiti art, 3d graffiti

Photo: Dream Sand Castle

Photo taken in Venice Beach, CA, earlier this week. Click to see larger view with"dream" sign and daisies.

Updated: here are the remains of the castle.


Vector Design Graffiti Alphabet and Number Set


Vector Design Graffiti Alphabet and Number Set

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Thursday, April 29, 2010

history

Disco Scratch Radio Interview with yours truly.

From Discoscratch.com:

These interviews I’m doing are revealing some fantastic information about the roots of the UK Hip Hop scene. Scenes14 started in 1982/1983 and it wasn’t long before he was jumping fences at 3 in the morning with a sack of paint on his back. Combined with a love of B Boying and all the elements, Scenes soaked up as much of the fledgling UK Hip Hop sphere as possible. To this day he’s still rocking a dope custom graf Jacket & box fresh Puma kicks with the Suspekt crew baseball cap.

We spoke about the early jams and some of the pivotal events in the UK through the years that Scenes has attended. Racking up some 28 years of living Hip Hop, this guy knows his onions, hope you enjoy the show and apology for slightly too loud mics causing some slight distortion, what can you do, we were gonna do it through headphoes to start with!!! Enjoy & big respect to Scenes14, peep his site, The Underground Strikes Back.

Photobucket
Tracks used during the show:

1.Disco Scratch Intro
2.DuckAlert – Diamond Dust (Instrumental)
3.Kurtis Blow – The Breaks (Instrumental)
4.Mr Magic – Potential (Instrumental)
5.Kool DJ AJ – Ah That’s The Joint (Instrumental)
6.Scenes Choice – Twilight 22 – Electric Kingdom
7.Hashim – Al Naayfish (The Soul)
8.Africa Bambaataa & The Soul Sonic Force – Play At Your Own Risk (Instrumental)
9.Africa Bambaataa & The Soul Sonic Force – Planet Rock
10.Warp 9 – Nunk
11.Scenes Choice – Big Apple Productions – Genius At Work
12.Ice T – Tibetan Jam (Instrumental)
13.Wreckin Cru – Surgery (Instrumental)
14.Scenes Choice – Steady B – Fly Shante (Def Mix)
15.3rd Bass – Steppin To The AM (Instrumental)
16.Brand Nubian – Brand Nubiam (Instrumental)
17.Scenes Choice – Bushkilla – 92 Salute
18.Craig G – Shootin The Gift (Remix Dub)
19.EPMD – So Watcha Sayin (Dub)
20.Gang Starr – Manifest (Instrumental)
21.Scenes Choice – Blue Eyes – Soul Tip
22.PE – Bring The Noise (No Noise Instrumental)
23.ce T – Lethal Weapon (Instrumental)
24.Scenes Choice – EPMD – So Watcha Sayin’
25.Big L – Devil’s Son (Instrumental)
26.Stezo – To The Max (Dub)
27.Main Source – Think (Instrumental)
28.Scenes Choice – Def Tex – Run
29.Nas – It Ain’t Hard To Tell (Large Pro Remix Instrumental)
30.Gang Starr – Dwyck (Instrumental)
31.Craig Mack – Flava In Ya Ear (Remix Instrumental)
32.Scenes Choice – Hijack – I Had To Serve You

http://discoscratch.co.uk/podpress_trac/web/690/0/Disco_Scratch_Radio_4_29.04.2010_Scenes14.mp3

Graffiti Alphabet Small Letter A-Z


Graffiti Alphabet Small Letter A-Z

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Wednesday, April 28, 2010

Tuesday, April 27, 2010

Skull Graffiti Spray Art Design

Skull Graffiti Spray Art Design | With Cool Street Design

graffiti art,graffiti spray,graffiti murals
graffiti art,graffiti spray,graffiti murals

Skull Graffiti Spray Art Design

Cynthia Rowley's Surfer Girl Roxy Clothing


The Cynthia Rowley for Roxy collection is out and it's super-stylish. Not surprisingly, the focus is on pieces meant for post-surf life (sandals, dresses). I like the board shorts best--cute and functional.--Stef McDonald

Graffiti Alphabet Book


Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Artifacts-Thats them

One of my fave head nod lps from the mid 90s. This is the follow up to the 1994 album Between a Rock and a Hard Place. That was a classic album and so this LP had a lot to live up to. But it succeeds by bringing that classic hip hop style while making the transition in to an era that was dominated by everything "gangsta". El Da Sensei and Tame One come from a true hip hop background as they are both graf artists originally and they manage to keep that element running throughout their music. I never really understood why this album got so overlooked when it was released, as it had all the things you need for a classic, including tight production from Shawn J and Lord Finesse, as well as El and Tame's lyrical skills. If you've heard the 1st album, this won't disappoint and if you've never heard the Artifacts before, this is an excellent place to start.

Photobucket

download

Monday, April 26, 2010

reup

Photobucket













http://rapidshare.com/files/111315527/the_future_of_graffiti_dvdrip_by_marzone.part1.rar.html


http://rapidshare.com/files/111568062/the_future_of_graffiti_dvdrip_by_marzone.part2.rar.html

http://rapidshare.com/files/111634937/the_future_of_graffiti_dvdrip_by_marzone.part3.rar.html

http://rapidshare.com/files/112028391/the_future_of_graffiti_dvdrip_by_marzone.part4.rar.html

The Budos Band

The Budos Band are an "Instrumental Staten-Island Afro-Soul" outfit recording on the Daptone Records label. The band has eleven members (up to thirteen members at times) who play instrumental music that is self-described as "Afro-Soul," a term and sound which - in a recent interview - baritone saxophone player Jared Tankel elucidates as, being drawn from Ethiopian music the band had been listening to that had a soul undercurrent to it, which the band then "sprinkled a little bit of sweet 60's stuff on top" of.

Jazz, deep funk, Afro-beat, and soul influences can be heard in the Budos Band albums, both of which are Daptone Records releases recorded at the label's own studio, Daptone's House of Soul, in Bushwick, Brooklyn.

Probably the best intrumental lps I have got my hands on since the Quantic Orchestra, these rule.
Heres a taster




Photobucket
Tracklist:
01. Up From The South
02. T.I.B.W.F
03. Budos Theme
04. Ghost Walk
05. Monkey See, Monkey Do
06. Sing a Simple Song
07. Eastbound
08. Aynotchesh Yererfu
09. King Charles
10. The Volcano Song
11. Across The Atlantic

download


Photobucket
1. Chicago Falcon
2. Budos Rising
3. Ride Or Die
4. Mas O Menos
5. Adeniji
6. King Cobra
7. His Girl
8. Origin Of Man
9. Scorpion
10. Deep In The Sand

download

KYAI SEMAR



Semar

Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Sejarah Semar

Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.

Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.

Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.

Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Asal-Usul dan Kelahiran

Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.

Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.

Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.

Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.

Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.

Silsilah dan Keluarga

Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:

· Batara Wungkuham

· Batara Surya

· Batara Candra

· Batara Tamburu

· Batara Siwah

· Batara Kuwera

· Batara Yamadipati

· Batara Kamajaya

· Batara Mahyanti

· Batari Darmanastiti

Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.

Pasangan Panakawan

Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.

Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Bentuk Fisik

Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.

Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.

Keistimewaan Semar

Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.

Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.

Artikel dan gambar diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Semar

Graffiti Alphabet in Wedding Ring with 3 Combination Color

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
GRAFFITI ALPHABET - GRAFFITI LETTERS


Graffiti Alphabet in Wedding Ring with 3 Combination Color

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Sunday, April 25, 2010

Cool App for Art

I've just discovered a cool app for the iPad/iPhone: ArtStudio, which lets you draw on the screen. Mr. MVP made this wave.--Stef McDonald

Public Art on the Beach: Lifeguard Towers

On my other blog: I posted about a public art project on the beach on the Surf Like a Girl blog.

Public Art Rules: Lifeguard Tower Painting




We were public art servants today, painting a local lifeguard tower for the "Portraits of Hope Life Guard Towers" project. 100 towers in Southern California were painted vibrant colors today -- the Venice one I worked on with fellow art-loving neighbors was orange -- and panels will soon be added for the installation, which will be on display May through September. --Stef McDonald

3D Graffiti Letters Delete - Yellow and Blue Color

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
3D GRAFFITI LETTERS

graffiti letters,3d graffiti
3D Graffiti Letters Delete - Yellow and Blue Color

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Saturday, April 24, 2010

Gold Wlidstyle 3D Graffiti Letters Nadi

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
WILDSTYLE 3D GRAFFITI ART

3D Graffiti, Graffiti Letters, Wildstyle Graffiti
Wlidstyle 3D Graffiti Letters Nadi

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Friday, April 23, 2010

Black and White 3D Graffiti Letters Thermal

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
3D GRAFFITI ART

Graffiti Letters, 3D Graffiti
Black and White 3D Graffiti Letters Thermal

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Thursday, April 22, 2010

Earth Day Shop Launch: MissStefanie on Etsy

Earth Day was the official launch of my Etsy shop: Miss Stefanie's House of Crafts and Collectibles (easy-to-remember web address: MissStefanie.etsy.com). Everything in the shop is eco-friendly: vintage clothing and accessories I find during my shopping adventures; thrift shop T-shirts I recover and remake into more flattering styles; and other accessories I make using fabric scraps. My lovely and amazing friend Kristine is pictured, modeling her purchase: a Wonder Woman tee I remade with a pair of scissors, needle, and thread (all my work is done by hand). Reuse, recycle, recreate--rock on. . . I'll post more photos of happy customers as they come in.

3D Graffiti Shot Gun Style

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
3D GRAFFITI ART

3D Graffiti
3D Graffiti Shot Gun Style

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Wednesday, April 21, 2010

Graffiti Art in Street and Your Room

Graffiti Art in Street and Your Room With Cool Design

graffiti art, art, murals graffiti art
graffiti art, art, murals graffiti art
graffiti art, art, murals graffiti art

Graffiti Art in Street and Your Room

Red 3D Graffiti Sculpture ATI Radeon

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
3D GRAFFITI VGA ATI RADEON - COMPUTERS

3D Graffiti, Wildstyle Graffiti

3D Graffiti, Wildstyle Graffiti
Red 3D Graffiti Sculpture ATI Radeon

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Tuesday, April 20, 2010

BATARA KALA

Gambar Batara Kala diambil dari http://i261.photobucket.com/albums/ii44/antadhanar/BataraKala.jpg
Batara Kala
Dalam ajaran agama Hindu, Kala (Devanagari: कल) adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu (kata kala berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya waktu). Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya. Jika ada yang bersikeras ingin hidup lama dengan kemauan sendiri, maka ia akan dibinasakan oleh Kala. Maka dari itu, wajah Kala sangat menakutkan, bersifat memaksa semua orang agar tunduk pada batas usianya.
Kelahiran Batara Kala
Menurut lontar Kala Tattwa
Dalam kitab Kala Tattwa diceritakan, pada waktu Dewa Siwa sedang jalan-jalan dengan Dewi Uma di tepi laut, "air mani" Dewa Siwa menetes ke laut ketika melihat betis Dewi Uma karena angin berhembus menyingkap kain Sang Dewi. Dewa Siwa ingin mengajak Dewi Uma untuk berhubungan badan, namun Sang Dewi menolaknya karena prilaku Dewa Siwa yang tidak pantas dengan prilaku Dewa-Dewi di kahyangan. Akhirnya mereka berdua kembali ke kahyangan. Air mani Dewa Siwa menetes ke laut kemudian ditemukan oleh Dewa Brahma dan Wisnu. Benih tersebut kemudian diberi japa mantra. Dari benih seorang Dewa tersebut, lahirlah seorang rakshasa yang menggeram-geram menanyakan siapa orangtuanya. Atas petunjuk dari Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, raksasa itu mengetahui bahwa Dewa Siwa dan Dewi Uma adalah orangtuanya.
Sebelum Dewa Siwa mengakui raksasa tersebut sebagai putranya, terlebih dahulu ia harus memotong taringnya yang panjang agar dapat melihat wujud orangtuanya seutuhnya. Akhirnya syarat tersebut dipenuhi. Sang raksasa dapat melihat wujud orangtuanya seutuhnya. Sang raksasa diberkati oleh Dewa Siwa dan diberi gelar Bhatara Kala. untuk menghormati hari kelahirannya, Dewa Siwa memberi anugerah bahwa Bhatara Kala boleh memakan orang yang lahir pada hari "tumpek wayang" dan memakan orang yang jalan-jalan di tengah hari pada hari “tumpek wayang”. Kebetulan adiknya, Dewa Kumara, juga lahir pada hari “tumpek wayang”. Sesuai anugerah Dewa Siwa, Bhatara Kala boleh memakannya. Namun atas permohonan Dewa Siwa, Bhatara Kala boleh memakan adiknya kalau adiknya sudah besar.
Kesempatan itu digunakan oleh Dewa Siwa. Ia menganugerahi Dewa Kumara agar selamanya menjadi anak-anak. Akal-akalan itu diketahui Bhatara Kala. Akhirnya ia tidak sabar lagi. Dewa Kumara dikejarnya. Dalam pengejarannya, ia bertemu Dewa Siwa dan Dewi Uma. Mereka pun ingin dimakan oleh Bhatara kala sesuai janjinya Dewa Siwa. Namun, mereka memberinya teka-teki terlebih dahulu yang harus dipecahkan Bhatara Kala jika ingin memakan mereka. Batas waktu menjawabnya hanya sampai matahari condong ke barat. Akhirnya Bhatara Kala tidak bisa menjawab teka-teki dan matahari sudah condong ke barat, maka habislah kesempatannya untuk memakan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Karena tidak bisa memakan mereka, Bhatara Kala melanjutkan pengejarannya mencari Dewa Kumara.
Setelah lama mengejar, akhirnya ia kelelahan dan menemukan sesajen yang dihaturkan Sang Amangku dalang yang sedang main wayang. Karena haus dan lapar, sesajen itu dilahapnya habis. Akhirnya terjadilah dialog antara Sang Amangku Dalang dengan Bhatara Kala, yang meminta agar segala sesajen yang dimakan dimuntahkan kembali. Bhatara Kala tidak bisa memenuhi permohonan tersebut. Sebagai gantinya, ia berjanji tidak akan memakan orang yang lahir pada hari tumpek wayang, jika sudah menghaturkan sesajen menggelar wayang "sapu leger".
Menurut pewayangan Jawa
Ketika Batara Guru dan istrinya, Dewi Uma terbang menjelajah dunia dengan mengendarai Lembu Andini, dalam perjalanannya karena terlena maka Batara Guru bersenggama dengan istrinya di atas kendaraan suci Lembu Andini, sehingga Dewi Uma hamil. Ketika pulang dan sampai di kahyangan Batara Guru kaget dan tersadar atas tindakannya melanggar larangan itu. Seketika itu Batara Guru marah pada dirinya dan Dewi Uma, dia menyumpah-nyumpah bahwa tindakan yang dilakukannya seperti perbuatan "Buto" (bangsa rakshasa). Karena semua perkataannya mandi (bahasa indonesia: cepat menjadi kenyataan) maka seketika itu juga Dewi Uma yang sedang mengandung menjadi raksasa. Batara Guru kemudian mengusirnya dari kahyangan Jonggringsalaka dan menempati kawasan kahyangan baru yang disebut Gondomayit. Hingga pada akhirnya Dewi Uma yang berubah raksasa itu terkenal dengan sebutan Batari Durga. Setelah itu ia melahirkan anaknya, yang ternyata juga berwujud raksasa dan diberi nama Kala. Namun pada perkembangan selanjutnya Batara Kala justru menjadi suami Batari Durga, karena memang di dunia raksasa tidak mengenal norma-norma perkawinan. Batara Kala dan Batari Durga selalu membuat onar marcapada (bumi) karena ingin membalas dendam pada para dewa pimpinan Batara Guru.
Karena Hyang Guru kwatir kalau kayangan rusak maka Batara Guru mengakui kalau Kala adalah anaknya. Maka diberi nama Batara Kala dan Batara Kala minta makanan, maka Batara Guru memberi makanan tetapi ditentukan yaitu :
Orang yang mempunyai anak satu yang disebut ontang-anting
Pandawa lima anak lima laki-laki semua atau anak lima putri semua.
Kedono kedini, anak dua laki-laki perempuan jadi makanan Betara Kala.
Untuk menghindari jadi mangsa Batara Kala harus diadakan upacara ruwatan. Maka untuk lakon-lakon seperti itu di dalam pedalangan disebut lakon Murwakala atau lakon ruwatan. Di dalam lakon pedalangan Batara Kala selalu memakan para pandawa karena dianggapnya Pandawa adalah orang ontang anting. Tetapi karena Pandawa selalu didekati titisan Wisnu yaitu Batara Kresna. Maka Batara Kala selalu tidak berhasil memakan Pandawa.

Referensi
Sukartha, I Ketut. 2003. Agama Hindu. Penerbit: Ganeca Exact
Gambar, I Made. Darmopadesa (pokok-pokok ajaran Hindu).

Dewa-Dewi Hindu
Kelompok Utama
Aditya · Aswin · Lokapala · Marut · Nawa Dewata · Prajapati · Rudra · Sakti · Trimurti · Wasu

Dewa Hindu
Agni · Antariksa · Baruna · Bayu · Baga · Brahma · Brihaspati (Wrehaspati) · Budha · Camunda · Candra · Daksa · Dyaus Pita · Ganesa · Indra · Kartikeya (Skanda) · Kresna · Kubera · Sawitri · Sani · Siwa · Surya · Wisnu · Yama

Dewi Hindu
Daksayani · Durga · Gangga · Gayatri · Kali · Laksmi · Mahadewi · Mahawidya · Mariamman · Parwati · Pertiwi · Radha · Saci · Saraswati · Uma · Yamuna

Awatara Wisnu
Matsya · Kurma · Waraha · Narasinga · Wamana · Parasurama · Rama · Kresna · Baladewa (Balarama) · Buddha · Kalki
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Batara_Kala"

RADEN SETA


RADEN SETA
Raden Seta putra sulung Prabu Matswapati di Wirata. Seta berarti putih, memang Raden Seta berkulit putih.Seta seorang yang berani dan sakti. Pada waktu negerinya Pancalaretna mengadakan perlombaan adu kesaktian melawan Bambang Malangdewa, Raden Seta turut masuk ke gelanggang dan ia mengalahkan Malangdewa. Karena itu ia mendapat hadiah seorang putri raja bernama Dewi Kanekawati.Dalam perang Baratayudha, Seta diangkat sebagai panglima perang Pandawa. Mana musuh yang dekat padanya habis dibinasakan dan Raden Rukmarata, putra Prabu Salya mati dibunuhnya. Kemudian Seta mati dalam perang itu oleh Bisma. Kemarahan Raden Seta yang sangat ialah pada waktu perang Baratayudha setelah kematian kedua saudaranya itu ia maju ke gelanggang dengan kemarahan hingga dikarang dalam serat Baratayudha itu digambarkan dalam kata: Dyan Seta umangsah, krodanira dening patine ri kalih. Raden Seta menempuh dengan sangat marahnya, karena kematian dua saudaranya. Kata ini diucapkan oleh dalang pada waktu kemarahan kesatria akan maju berperang dengan lagu yang bersemangat.
BENTUK WAYANG
Raden Seta bermata kedondongan, hidung dan mulut serba lengkap, berkumis dan berjanggut, rambut kadal-menek, (bentuk seperti bengkarung memanjat), bersunting waderan, berkalung bulan sabit, bergelang dua susun, gelang yang bentuk empat-segi disebut gelang kana, berpontoh dan berkeroncong. Memakai kain kerajaan.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.
Gambar dan artikel diambil dari :wayangku.wordpress.com/2008/11/06/raden-seta/ -

3D Graffiti Prototype - Wildstyle Design

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
3D GRAFFITI ART

3D Graffiti, Wildstyle Graffiti

3D Graffiti, Wildstyle Graffiti
3D Graffiti Prototype - Wildstyle Design

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Murals Graffiti Art Stencils

Murals Graffiti Art Stencils Room Design

Graffiti art, art, graffiti stencils
Graffiti art, art, graffiti stencils
Graffiti art, art, graffiti stencils

Murals Graffiti Art Stencils

Monday, April 19, 2010

BATARA KAMAJAYA DAN DEWI RATIH

Berbagai motif wayang purwa: Kamajaya.

Wayang kulit; Kamajaya.

Batara Kamajaya, gambar diambil dari http://www.bharatayudha.multiply.com

Batara Kamajaya adalah Dewa Cinta dan istrinya bernama Dewi Kamaratih. Batara Kamajaya sendiri putra dari Semar dan Dewi Sanggani Putri. Batara Kamajaya dan istri dalam masyarakat Jawa di simbolkan sebagai lambang kerukunan suami istri.

Pada acara mitoni atau tujuh bulan (kandungan istri berusia 7 bulan), kelapa muda yg hendak dipecahkan ayah calon bayi sering dilukiskan atau dituliskan nama Kamajaya. Sebagai wujud dari buah cinta.

Batara Kamajaya adalah salah satu di antara banyak dewa dalam agama Hindu maupun dalam ceritera wayang purwa. Ia terkenal tampan (cakap), berbudi luhur, jujur, berhati lembut dan kasih sayang kepada isteri. Isterinya bernama Dewi Ratih tidak kalah terkenal karena cantiknya dan seluruh laku, watak dan budinya sama dengan suaminya. Pasangan suami isteri dewa itu amat rukun dan masing-masing selalu menjaga kesetiaannya lahir batin dan sehidup semati.

Dalam kehidupan khususnya masyarakat Jawa, kerukunan pasangan Batara Kamajaya dan Dewi Ratih merupakan idola. Setiap upacara pengantin Jawa, selalu diharapkan agar pasangan itu hidup rukun, damai dan saling setia seperti pasangan Kamajaya dan Dewi Ratih. Apabila di kemudian hari pengantin itu dikaruniai putera agar berwajah tampan seperti Batara Kamajaya dan apabila puteri agar berwajah cantik seperti Dewi Ratih, sama halnya seperti orang Islam mengharapkan berputera tampan seperti Nabi Yusuf dan berputeri cantik seperti Zulaiha.

Salah satu karya sastra lama yang menceriterakan kisah cinta Batara Kamajaya dan Dewi Ratih ialah buku Smaradahana. Penulis buku Smaradahana adalah Empu Dharmaja yang hidup pada jaman kerajaan Kediri. Dalam buku itu dikisahkan terbakarnya Batara Kamajaya (smara = asmara; dahana = api). Penyebab terbakarnya Batara Kamajaya adalah Dewa Siwa (Batara Guru).

Ada pendapat, bahwa isi buku Smaradahana merupakan gambar kisah cinta putera Kerajaan Daha (sebelum bernama Kediri) dengan puteri Kerajaan jenggala. Putera Kerajaan Daha bernama Hinu Kertapati dan puteri Kerajaan Jenggala bernama Candra Kairana. Masyarakat Kerajaan Daha pada waktu itu percaya bahwa Hinu Kertapati adalah penjelmaan (titisan) Bhatara Kamajaya, sedang Candra Kairana penjelmaan Dewi Ratih. Maka nama buku Smaradahana merupakan sindiran “Kisah cinta di Kerajaan Daha”.

Banyak ahli sastra Belanda yang melakukan penelitian buku Smaradahana itu dan dimuat pada Bibliothica Javanica dalam bahasa Belanda disimpan di Perpustakaan Nasional. Buku Smaradahana yang asli ditulis dengan tulisan dan bahasa Jawa Kuno dalam bentuk tembang (puisi). Prof. Dr. R.M.Ng. Porbatjaraka telah melakukan ulasan cukup baik yang dimuat dalam bukunya Kapustakaan Djawi, dengan tulisan latin bahasa Jawa halus diterbitkan oleh Penerbit Djambatan, untuk cetakan pertama tahun 1952. Ringkasan isi buku Smaradahana sebagai berikut:

Pada suatu musyawarah para Dewa diketahui, bahwa Suralaya (Kahyangan) akan diserbu oleh bala tentara raksasa. Serangan itu akan dipimpin oleh Raja Nilarudraka. Semua dewa merasa tidak mampu menghadapi kesaktian Raja Nilarudraka. Seluruh dewa merasa panik bagaimana cara mengatasi bahaya itu. Kebetulan pada waktu itu Dewa Siwa atau Batara Guru (Raja pra Dewa) baru bertapa. Kemudian para dewa mengadakan musyawarah. Keputusan musyawarah menunjuk Batara Kamajaya untuk membangunkan Batara Guru dari tapanya. Berangkatlah Batara Kamajaya ke pertapaan Batara Guru.

Sesampai di pertapaan, Batara Kamajaya tidak berani mendekat. Batara Guru yang sedang bersamadi. Dicarilah akal untuk membangungkan Batara Guru dari tapa. Kemudian Batara Kamajaya melepaskan panah bunga berkali-kali tetapi tidak membawa hasil. Panah bunga yaitu kekuatan tenaga dalam (batin) dari seseorang ditujukan kepada orang lain agar tercium harumnya suatu bunga. Batara Kamajaya tidak putus asa. Kemudian dilepaskan panah “panca wisaya” ditujukan kepada Batara Guru (panca = lima; wisaya = rindu). “Panca Wisaya” itu berupa rindu pada suara merdu, rindu pada rasa enak, rindu pada belaian kasih sayang dan rindu pada bau yang harum. Seketika itu Batara Guru timbul rasa rindu kepada dewi uma permaisurinya. Setelah bangun dari tapanya, ternyata yang ditatap didepannya adalah Batara Kamajaya. Timbul marahnya yang tak terhingga. Batara Kamajaya dipandang memakai mata ketiga yang berada di dahinya. Pandangan itu memancarkan api yang menyala-nyala. Maka terbakarlah Batara Kamajaya dan mati seketika itu. Kemudian Batara Guru kembali ke Kahyangan.

Dewi Ratih sangat berduka cita mendengar berita suaminya mati terbakar. Ia bermaksud “mati obong” (membakar diri) bersama suaminya sebagai rasa cinta kasih. Kemudian Dewi Ratih menyusul ke tempat suaminya mati terbakar. Sesampainya Dewi Ratih di tempat suaminya terbakar, maka atas kehendak Batara Guru api menyala kembali lebih besar. Lambaian nyapa api itu tampak bagaikan lambaian tangan Batara Kamajaya memanggil Dewi Ratih agar mendekatnya. Maka Dewi Ratih tanpa ragu sedikitpun lalu terjun ke dalam nyala api. Demikianlah Dewi Ratih telah menyatu dengan suaminya.

Mengetahui kejadian itu seluruh dewa berduka cita. Mereka sadar bahwa kematian Batara Kamajaya karena keputusan sidang para dewa untuk mengatasi bahaya yang mengancam Kahyangan. Oleh karena itu para Dewa berusaha memohonkan ampun atas kesalahan yang diperbuat oleh Batara Kamajaya. Selain itu para dewa memohon agar Batara Guru berkenan menghidupkan lagi Batara Kamajaya dan Dewi Ratih. Akan tetapi Batara Guru tidak dapat mengabulkan permohonan itu, karena mempunyai pandangan yang lebih jauh. Batara Guru menghendaki keturuanan atau kelestarian kehidupan manusia di arcapada (dunia). Maka Batara Kamajaya diperintahkan agar tinggal pada setiap hati atau rasa orang laki-laki dan Dewi Ratih tinggal pada setiap hati atau rasa orang perempuan. Dengan demikian antara orang laki-laki dan perempuan selalu timbul rasa cinta kasih, sehingga kelangsungan hidup di dunia dapat dipertahankan.

Sekembalinya Batara Guru di Kahyangan di jemput oleh Dewi uma permaisurinya. Pasangan Dewa itu saling melepaskan rindu karena cukup lama tak jumpa. Tak berapa lama berselang dengan kembalinya Batara Guru ke Kahyangan, lalu Dewi Uma hamil.

Pada saat Dewi Uma hamil muda, para Dewa datang menghadap untuk menghormati kembalinya Batara Guru dari bertapa. Kedatangan para dewa membawa hewan tungganggan masing-masing. Saah satu dewa itu adalah Batara Indra menunggang gajah yang terkenal besarnya. Pada waktu itu Batara Guru baru duduk di dampingi Dewi Uma, permaisurinya. Melihat kedatangan Batara Indra menunggang gajah yang besar itu, Dewi Uma sangat terkejut, takut dan menjerit-jerit. Batara Guru menghibur dan meredakan rasa takutnya permaisuri.

Dalam hati Batara Guru telah mengetahui apa yang akan terjadi akibat dari perasaan takut permaisuri yang sedang hamil muda itu. Maka ia berkata sudah menjadi kehendak Sang Hyang Tunggal, bahwa Dewi Uma akan melahirkan jabang bayi laki-laki berkepala gajah. Setelah sampai waktunya, benarlah Dewi Uma melahirkan bayi laki-laki berkepala gajah. Putera Dewi Uma itu diberi nama Batara Ganesa.

Tidak lama kemudian Kahyangan kedatangan bala tentara Raja Nilarudraka. Maksud kedatangan Raja Nilarudraka adalah ingin melamar bidadari Kahyangan untuk dijadikan permaisuri. Para dewa tidak dapat meluluskan lamaran itu. Sebab semua makhluk di arcapada telah diatur oleh Dewata untuk jodohnya masing-masing yaitu dewa dengan dewi (bidadari). Satria dengan puteri, pandita dengan endang, raksasa dengan raksasi dan seterusnya. Karena permintaan Raja Nilarudraka ditolak, maka terjadilah perang antara bala tentara dewa menghadapi bala tentara raksasa. Para dewa tidak mampu menghadapi serangan itu.

Batara Guru memutuskan agar Batara Ganesa yang masih kecil itu maju ke medan perang. Terjadilah perang yang semakin seru. Semua bala tentara raksasa dihadapinya dengan gigih. Anehnya setiap bala tentara raksasa dapat dibunuhnya, Batara Ganesa bertambah besar. Seluruh bala tentara raksasa dapat dibinasakan. Akhirnya Batara Ganesa perang tanding (satu lawan satu) dengan Raja Nilarudraka. Perang dahsyat adu kesaktian dan kekuatan itu sangat ramai. Dalam perang itu salah satu taring (gading) Batara Ganesa patah. Dalam perang tanding ini Raja Nilarudraka dapat dibinasakan dan dibunuh.

Karena Batara Ganesa hanya mempunyai satu taring (gading) maka diberi nama Eka Denta (eka = satu; denta = gading atau taring). Dalam agama Hindu, patung Ganesha digambarkan gemuk berperut gendut sebagai lambang dewa ilmu pengetahuan. Patung Gadesa dalam posisi duduk bersila, tangan kanan memegang patahan gading dan telapak tangan kiri telentang di atas paha kaki kiri memegang separuh batok kepala. Belalai menjulur menuju batok kepala di tangan kiri sebagai lambang tidak henti-hentinya menuntut ilmu.

Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1996. Khasanah Budaya Nusantara VII. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Artikel diambil dari
id.wikipedia.org/wiki/Batara_Kamajaya dan aligufron.multiply.com/journal/item/157

DRAW SKETCH GRAFFITI ALPHABET DESIGN ON PAPER - BLACK BOOK

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
GRAFFITI SKETCHES - GRAFFITI ALPHABET - GRAFFITI LETTERS

Graffiti Alphabet, Graffiti Letters, Graffiti Sketches
DRAW SKETCH GRAFFITI ALPHABET DESIGN ON PAPER - BLACK BOOK

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....

Sunday, April 18, 2010

Graffiti Alphabet Tag Fonts : Letters A-Z

GRAFFITI GRAPHIC DESIGN
GRAFFITI ALPHABET - GRAFFITI LETTERS - GRAFFITI FONTS

Graffiti Alphabet, Graffiti Letters, Graffiti Fonts,
Graffiti Alphabet Tag Fonts : Letters A-Z

Please give your comments about this graffiti image, Thanks....